Wednesday, September 17, 2014

Survey, Quick Count dan Exit Pol dalam Pemilu

Perkuliahan Kapita Selekta Kamis 11 September 2014 oleh Dra. Sarah Santi, M.Si 

Pertanyaan mendasar pada kuliah kapita selekta Kamis, 11 September 2014 kali ini adalah mengapa kita perlu belajar kapita selekta? Belajar kapita selekta adalah untuk memberikan bekal pada mahasiswa tingkat akhir untuk memahami konteks keilmuan. Hal ini juga guna untuk mempelajari tentang berbagai isu dalam masyarakat. Seperti misalnya isu politik yang belum lama terjadi.
Ya! Mengenai pemilihan presiden dan wakil presiden pada 9 Juli kemarin. Seperti yang kita ketahui bersama, ada konflik antara lembaga hitung cepat (quick count)  yang satu dengan yang lain. Mengapa hal itu dapat terjadi? Lalu apakah perbedaan survei, quick count ,dan exit poll dalam pemilu kemarin?
Pembahasan mengenai perbedaan survei, quick count maupun exit poll akan dibahas lebih lanjut dalam perkuliahan kali ini.

Adapun persamaan ketiga-tiganya adalah sama-sama berpegang pada metode ilmiah. Jika hal ini ditetapkan pada ketiga lembaga tersebut, maka akan terhindar dari kerisuhan, karena hasilnya akan sama. Perbedaannya hanya tergantung dari sudut pandang yang melihat.

Survei pada pemilihan umum pada tanggal 9 Juli kemarin sangat terlihat jelas dampaknya. Tanpa kita sadari atau tidak, menentuan kedua calon yang akan dipilih sebagai capres dan cawapres kemarin merupakan hasil dari survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei dalam waktu-waktu yang lalu.
Mengapa pada akhirnya capres dan cawapres hanya menampilkan 2 kandidat? Dan mengapa terpilih pula cawapres yang mendampingi masing-masing kandidat? Karena berdasarkan hasil survei yang dilakukan sebelum pemilu, hasil survei hanya memunculkan 2 calon kandidat yang pantas untuk dipilih, yaitu Jokowi dan Prabowo. Selain itu, survei juga menunjukan bahwa Jusuf Kalla akan cocok jika dipasangkan dengan Jokowi, demikian juga dengan Hatta Rajasa dan Prabowo. Ke
dua pasangan ini akan memberikan banyak kontribusi ketimbang jika Jusuf Kalla dipasangkan dengan prabowo maupun sebaliknya.
Disini survei dinilai penting karena pada dasarnya survei ada karena adanya sistem demokrasi (pemilihan langsung dari rakyat). Surveypun juga berperan untuk mengawasi pendapat opini publik.

Adapun arti penting survey opini publik dalam politik adalah:
1. Survey membuat pemerintahan yang terpilih dengan demokratis menjadi legitimate, stabil, bertanggung jawab dan efektif.
2. Survey merupakan barometer aspirasi masayarakat, sehingga survey perlu diberlakukan berkala.
3. Survey sebagai mekanisme sistematik, melalui metode ilmiah dianggap mampu mendeteksi opini dan aspirasi publik
4. Survey dianggap dapat menjaga demokrasi
5. Survey juga dianggap dapat memonitoring opini publik untuk mengetahui persepsi, harapan, evaluasi publik atas kebijakan dan proses

Dalam sebuah kasus seperti pemilihan umum kemarin, survey berperan untuk memahami perilaku voters untuk partai dalam membuat keputusan. Partai dituntut untuk mempunyai gambaran para calon dari survey apakah orang tersebut mempunyai potensi untuk menang atau tidak.

Adapun 5 market politic campaign yang mempengaruhi kandidat adalah:
1.       Media
2.       Voters
3.       Party organizer
4.       Contributors (pemilik media/ orang yang bisa berkontribusi)
5.       Interest, group, issue, activists, constituen, dll (orang yang mempunyai kepentingan tertentu)
Kesimpulan dari survey adalah, survey hanya merupakan memberi gambaran (memotret) presepsi/ opini publik kepada suatu kurun waktu yang terbatas.

Lain halnya dengan Quick count, dimana quick count mau melihat hasil perhitungan suara. Dengan menggunakan teknikn survey. Namun dalam prosesnya, terkadang quick count bermasalah karena tidak ada sinyal dan diakali dengan menye
wa satelit.
Dengan adanya quick count dapat meminimalisir kecurangan yang ada. Hasil quick count juga diharapkan akurat dan presisi sehingga mampu memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
Quick count adalah sebagai bagian dari kontrol terhadap pemilu dan bagian dari upaya menegakkan demokrasi serta mendorong berlangsungnya kejujuran.

Exit pol adalah metode yang digunakan untuk mengetahui opini publik saat media mereka keluar dari bilik suara. Biasanya hal ini hanya untuk menggambarkan profil pemilih, misalnya seperti memilih partai tertentu, pemberi dukungan kandidat yang sesama ras, suku, agama, pendidikan dan hal lainnya.



No comments:

Post a Comment